Beranda Jalan-jalan Warisan Tradisi Nelayan Suku Duano di Pesisir Jambi, Arakan Pompong

Warisan Tradisi Nelayan Suku Duano di Pesisir Jambi, Arakan Pompong

Suku Duano memiliki hubungan erat dengan pompong. Perahu kecil ini lebih dari sekadar alat transportasi

0
Arakan Pompong

Untuk mencapai Kampung Laut, dibutuhkan waktu sekitar dua jam perjalanan dari Kota Jambi. Baik melalui jalur darat maupun sungai, perjalanan ini akan membawa pengunjung untuk merasakan langsung keunikan dan dinamika kehidupan masyarakat suku Duano.

Kampung Laut bukanlah pemukiman tepi laut dengan pantai berpasir. Sebaliknya, perkampungan suku Duano terdiri dari rumah-rumah panggung yang berjejer rapi, dengan anak tangga yang langsung menyentuh permukaan air laut yang berubah-ubah warnanya, dari kecokelatan hingga kehitaman. Pompong dan sampan-sampan terikat di tiang-tiang penopang dari kayu nibung, sementara aroma khas laut yang amis tercium saat angin laut berhembus.

Dalam kesehariannya, suku Duano hidup berdampingan dengan komunitas Bugis, Banjar, Minang, dan Jawa yang menetap di sekitar Kampung Laut. Mereka semua mendiami wilayah pesisir Pantai Timur Sumatra, yang berhadapan langsung dengan Selat Malaka.

Rumah Kedua Suku Duano

Bagi masyarakat suku Duano, pompong lebih dari sekadar alat transportasi. Perahu kayu bermesin ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan mereka, terutama sebagai nelayan yang menggantungkan penghidupannya pada laut.

“Pompong bukan hanya alat transportasi, tapi rumah kedua bagi mereka,” jelas Vivi Helmalia Putri.

Saat melaut, para nelayan sering menghabiskan waktu berhari-hari di atas perahu kayu bermesin ini, menjadikannya bagian tak terpisahkan dari aktivitas mereka.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Berita Terkait
Berita Terkait