Berkat model-model kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang canggih, robot kini dapat memahami bahasa manusia dan emosi yang disampaikan lewat nada suara, dan mereka dapat berinteraksi melalui ucapan. Namun, Liu menyatakan bahwa menciptakan ekspresi wajah yang tepat saat "berbicara" masih menjadi tantangan yang signifikan bagi robot humanoid.
Untuk mengatasi tantangan ini, menurut Ni Rongrong dari Universitas Changzhou yang merupakan salah satu penulis jurnal tersebut, tim itu membagi sembilan motor pada wajah robot humanoid menjadi 17 AU untuk memungkinkan ekspresi yang lebih kaya dan transisi yang lebih mulus melalui gerakan yang terkoordinasi.
"Setiap unit seperti sebuah huruf, dan dengan menggabungkan huruf-huruf yang berbeda, kami menyusun kata-kata," urai Ni.
Liu memperkirakan bahwa seiring dengan meningkatnya kemampuan interaksi emosional, robot-robot ini akan semakin banyak digunakan di berbagai lokasi seperti panti wreda, taman kanak-kanak, dan sekolah luar biasa (SLB), di mana keterlibatan emosional dan intelektual yang tinggi sangat berharga.
Namun, di ajang World Robot Conference 2024 yang baru saja berakhir di Beijing, umpan balik dari para pengunjung sangat beragam. Beberapa pengunjung mengungkapkan antusiasme mereka terhadap robot pendamping, sementara yang lain menyuarakan kekhawatiran.