Melalui peraturan itu pihak kolonial menjadikan Pulau Lombok sebagai bagian dari Karesidenan Bali dengan Ampenan sebagai pusat kegiatan jasa dan perdagangan. Sebagai sebuah pusat bisnis, pihak Hindia Belanda melengkapi Ampenan dengan kantor bank, bioskop, pasar, rumah ibadah, kantor dagang, permukiman kelas menengah dan rumah-rumah pejabat Belanda. Ciri khas bangunan-bangunan kolonial di Ampenan adalah dindingnya yang sangat tebal.
Kisah Ampenan sebagai pusat perdagangan di masa lalu turut disampaikan oleh penjelajah Inggris, Michael McMillan lewat bukunya A Journey to Java. Ia menyebut Ampenan sebagai Ampanam. "Ibu kotanya mempunyai nama yang sama dengan kapal kami dan terletak di pantai barat. Pusat perdagangannya berada di Ampanam dan sejak tahun 1894 sudah berada di bawah pemerintahan Belanda," ucapnya seperti dikutip Antara.
Pada 1924 mereka membangun pelabuhan di pesisir Ampenan dan sejak itu kota buatan Belanda itu makin ramai. Pelabuhan Ampenan menjadi pintu keluar bermacam komoditas penting Pulau Lombok seperti padi, ternak sapi dan kuda yang dikirim ke daerah-daerah lain di Nusantara serta untuk kebutuhan ekspor. Pemberangkatan jamaah haji yang sebelumnya di Labuhan Haji, Lombok Timur, mulai berpindah dan dilaksanakan dari pelabuhan ini.