Pernyataan blok beranggotakan 10 negara tersebut menegaskan “kurangnya kemajuan substansial” dalam penerapan rencana perdamaian konsensus lima poin yang disepakati antara pemerintah pimpinan militer Myanmar dan negara-negara ASEAN lainnya pada tahun 2021, dan mengutuk tindakan kekerasan yang dilakukan oleh militer.
Pada KTT tersebut, negara-negara anggota sepakat bahwa ketua ASEAN saat ini, sebelumnya, dan yang akan datang akan bekerja sama untuk menangani junta Myanmar.
Kyaw Moe Tun memuji langkah tersebut karena memberikan “kesinambungan” dalam mengatasi masalah Myanmar.
Utusan Myanmar untuk PBB tersebut, yang mengkritik tindakan kekerasan dan penindasan yang dilakukan junta terhadap rakyat Myanmar, telah dinominasikan untuk Hadiah Nobel Perdamaian tahun ini.
Ia dimasukkan oleh Henrik Urdal, kepala Institut Penelitian Perdamaian yang berbasis di Norwegia, ke dalam daftar tidak resmi lima kandidat teratas untuk penghargaan tersebut.
“Kami ingin komunitas internasional membantu kami dengan cara yang konkret dan efektif. Pastikan tidak ada seorang pun yang tertinggal. Pastikan mereka yang membutuhkan mendapatkan bantuan," kata Kyaw Moe Tun.
Dewan Keamanan PBB mengadopsi resolusi pada bulan Desember 2022 yang meminta pembebasan “semua tahanan yang ditahan secara sewenang-wenang” dan menyerukan diakhirinya “segala bentuk kekerasan” di Myanmar.