"Jangan sampai kepemimpinan hanya digunakan untuk kepentingan diri dan kroni. Demokrasi sesuai dengan sila keempat Pancasila membutuhkan hikmah kebijaksanaan, sehingga para pemimpin harus memiliki ilmu dan kebijaksanaan agar dapat membimbing bangsa ini ke arah yang lebih baik," ujarnya.
Haedar mengutip pemikiran salah satu Bapak Bangsa, Mr. Soepomo, yang mengatakan bahwa membangun Indonesia bukan hanya membangun fisiknya, tetapi juga memberikan “nyawa” berupa ilmu dan hikmah bagi para pemimpinnya.
"Refleksi diri selama puasa harus menjadi jalan bagi para elit bangsa agar mampu membawa negeri ini menuju arah yang lebih baik, sesuai dengan cita-cita para pendiri bangsa," kata dia.