Bagi banyak orang, seperti Silivong Phouthachack, seorang guru di Laos, jalur kereta tersebut lebih dari sekadar infrastruktur fisik untuk konektivitas. Jalur kereta tersebut merupakan proyek yang dilaksanakan untuk meningkatkan ikatan antarmasyarakat.
Silivong dan 39 orang lainnya baru saja menyelesaikan studi selama 18 bulan di Sekolah Kejuruan dan Teknik Perkeretaapian Kunming, tempat mereka belajar cara mengajarkan teknologi yang berhubungan dengan perkeretaapian. Mereka akan menjadi guru-guru pertama di sekolah kejuruan dan teknik perkeretaapian pertama di Laos, yang dibangun dengan bantuan China.
"Setelah saya kembali, saya akan mengajarkan apa yang telah saya pelajari di China kepada orang lain," tutur Silivong.
Jalur Kereta China-Laos telah mengubah "hubungan materi" antara kedua negara menjadi "hubungan hati" antara kedua bangsa, kata Ma Yong, kepala Institut Kajian Asia Tenggara yang berada di bawah naungan Akademi Ilmu Sosial Yunnan.
DARI DAERAH TERKURUNG MENJADI DAERAH TERHUBUNG
Pannaros Boonserm, seorang warga Thailand berusia 33 tahun, merasa terkesan dengan bagaimana Jalur Kereta China-Laos mengubah kehidupan masyarakat Laos. Bekerja sebagai penerjemah di proyek pembangunan jalur kereta China-Thailand, wanita tersebut berharap jalur kereta China-Thailand dapat diselesaikan dan beroperasi sesegera mungkin.