Di Provinsi Jambi, sebuah insiden kebakaran menghanguskan 6,5 hektare lahan di dua daerah yang berbeda pada Jumat lalu. Sebagian besar kobaran api ditemukan di semak belukar.
Foto dari udara yang diabadikan menggunakan drone pada 15 Juli 2024 ini menunjukkan pemandangan hutan bakau di daerah pesisir dekat proyek Jawa 7 di Serang, Provinsi Banten. (Xinhua/Xu Qin)
Indonesia dikenal sebagai negara yang rentan terhadap karhutla gambut, yang merupakan penyumbang emisi terbesar, seiring negara itu menghadapi musim kemarau yang lebih panjang dan lebih kering setiap tahunnya akibat fenomena iklim El Nino.
Dari Januari hingga Oktober 2023, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia (RI) melaporkan bahwa karhutla telah menghanguskan 994.313 hektare lahan, melepaskan 40,6 juta ton emisi karbon dioksida.
Pada 2019, kebakaran melahap 3,1 juta hektare hutan hujan dan lahan gambut, yang melebihi total luas wilayah Belgia. Beberapa negara tetangga, termasuk Singapura dan Malaysia, juga terdampak oleh kabut asap dari kebakaran tersebut.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Siti Nurbaya Bakar menyatakan komitmennya untuk mengatasi karhutla dengan lebih waspada. "Kita harus meningkatkan kontrol dan memperkuat pengawasan. Jangan sampai kobaran api menyebar melintasi perbatasan," sebut Siti Nurbaya.