Karhutla juga dipengaruhi oleh gelombang Rossby Ekuator (Rossby Equatorial) dan gelombang Kelvin, yang diprediksi aktif di kawasan ini. Selain itu, faktor pemanasan skala lokal juga secara signifikan memengaruhi proses pengangkatan massa udara dari permukaan Bumi ke atmosfer, menurut BMKG.
Media lokal telah melaporkan sejumlah kasus karhutla dalam beberapa hari terakhir. Di Kecamatan Bintan Utara, Provinsi Kepulauan Riau, api berkobar di area seluas 8 hektare sejak Rabu (31/7) dan mengganggu aktivitas masyarakat setempat. Otoritas penanggulangan bencana daerah, dengan bantuan warga setempat, masih berusaha memadamkan kobaran api tersebut.
Pada Kamis (1/8), Pemerintah Kabupaten Kampar di Provinsi Riau menetapkan status siaga darurat karhutla, serta meminta semua otoritas terkait untuk mempersiapkan langkah-langkah konkret guna menghadapi peningkatan suhu di musim kemarau.
Namun, Penjabat Bupati Kampar Hambali mengatakan bahwa selain dipicu oleh suhu udara yang meningkat, kelalaian manusia dalam bentuk aktivitas membersihkan lahan dengan cara pembakaran juga dapat memperburuk potensi karhutla.
"Kami akan menindak tegas mereka yang dengan sengaja membakar lahan. Saya telah memerintahkan seluruh instansi terkait di daerah untuk mengimbau masyarakat agar tidak membersihkan lahan dengan cara membakar," ujar Hambali, seperti dikutip media setempat.