“Kita ingin biro ini bukan hanya efisien secara sistem, tapi juga sehat secara sosial,” ujar Ezeddin Zain.
Dikatakannya, inovasi ini lahir dari kegelisahan akan rutinitas kerja yang mulai terasa kaku dan terfragmentasi. Minimnya ruang interaksi sosial antarbidang menyebabkan koordinasi menjadi tidak luwes, dan suasana kerja cenderung individualistis.
"SARASA hadir untuk menjawab keresahan itu, dengan pendekatan yang sederhana namun bermakna,"tukuknya.
Lebih jauh ia menjelaskan, SARASA juga menjadi ruang otentik untuk menginternalisasi nilai-nilai ASN BerAKHLAK, khususnya nilai kolaboratif, adaptif, dan harmonis. Nilai-nilai ini tidak lagi sebatas jargon, tetapi benar-benar dipraktikkan dalam interaksi sehari-hari melalui pendekatan sosial yang sederhana dan menyenangkan.
Menariknya, SARASA tidak membutuhkan teknologi canggih atau struktur organisasi tambahan. Justru kesederhanaannya menjadi kekuatan utama dan mudah direplikasi oleh biro atau OPD lain tanpa hambatan teknis maupun administratif. Saat ini, SARASA bahkan mulai dikenal sebagai simbol budaya kerja positif di lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Barat.
Ezeddin Zain mengaku akan terus mengembangkan SARASA, tidak hanya sebagai forum silaturahmi tetapi juga sebagai medium untuk menyerap ide-ide pengembangan birokrasi, dialog ringan antarpegawai, serta memperkuat motivasi kerja melalui pendekatan emosional yang menyentuh.