"Laporan dari Ketua kelompok, hasil panen padi organik itu mencapai 7,6 ton per hektare. Lebih tinggi dari jumlah panen sawah non organik yang berada di sekitar kawasan itu, yang hanya 5-6 ton per hektare," ungkap Mahyeldi.
"Kelompok ini menggunakan jerami dan kotoran ternak sebagai pupuk organik. Artinya limbah pertanian berupa jerami bisa digunakan untuk pupuk. Hal ini tentu akan menurunkan biaya produksi sementara produktivitas meningkat," katanya.
Ke depan, katanya, pertanian sistem organik lebih menjanjikan untuk kesejahteraan petani karena dari tahun ke tahun kuota pupuk bersubsidi semakin terbatas, sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan petani, sementara pupuk non subsidi harganya relatif mahal.
"Karena itu, kita mengajak para petani untuk mulai menggunakan sistem organik," ajak Gubernur Mahyeldi.
Sementara itu Ketua Kelompok Tani Amor, Harisman mengatakan pihaknya fokus mengoptimalkan sistem pertanian organik, karena dinilai lebih ramah lingkungan.
Ia menyebut, berdasarkan pengalamannya, kawasan sawah seluas tiga hektare dengan sistem organik bisa menghasilkan panen hingga 7,6 ton, menurutnya itu lebih baik dari sistem non organik.
Ke depan ia berharap, dukungan dari pemerintah daerah melalui berbagai program terus hadir, agar sistem pertanian organik semakin berkembang di Sumbar dan semakin banyak diikuti oleh para petani. (adpsb)