Hal ini semakin mengkonfirmasi bahwa kondisi perekonomian AS membutuhkan booster likuiditas, salah satunya dengan pelonggaran kebijakan moneter bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) melalui pemangkasan suku bunga.
Prospek suku bunga turun pun menjadi kian meningkat. Kondisi ini sebenarnya menguntungkan bagi sejumlah instrumen lantaran indeks dolar akan melandai yang memicu aliran dana kembali ke pasar.
Namun, kekhawatiran terhadap resesi atau hard landing yang meningkat ini menjadikan uang akan cenderung lari ke tempat yang lebih aman atau safe haven, seperti emas.
Lantas bagaimana prospek emas di tengah ancaman resesi yang semakin meningkat?
Pergerakan harga emas pada hari ini, Senin (5/8/2024)masih volatile. CNBC Indonesia memantau hingga pukul 13.30 WIB, harga emas dunia (XAU) masih terkoreksi 0,49% ke posisi US$ 2.431,08 per troy ons.
Jika hari ini ditutup merah, berarti harga emas akan melanjutkan koreksi selama tiga hari beruntun. Harga emas seharusnya cenderung meningkat di saat ketidakpastian meningkat, tetapi hari ini malah bergerak ke arah anomali.
Meski begitu, jika berbicara tren, harga emas masih dalam kenaikan sekitar 18% sejak awal tahun dan sudah sempat mencetak level All Time High di US$ 2.483,60 per troy ons pada perdagangan intraday 17 Juli 2024.