"Ini merupakan pameran tunggal pertama saya di China, kebetulan juga (saya) menjadi seniman Indonesia pertama yang berpameran di Yuz Museum ini," kata Syaiful saat dihubungi ANTARA dari Beijing pada Senin.
Dia mengaku sebelumnya pernah ikut pameran bersama di West Bund Art Center, Shanghai, pada 2017.
"Khusus untuk pameran ini, saya diundang untuk berkarya di Yuz Museum. Saya pikir ini kesempatan bagus, karena karya-karya akan ditempatkan juga di ruang-ruang publik," kata Syaiful.
Saat membuat mural di Yuz Museum, dia juga melibatkan para relawan dan pengunjung. Sekitar 40 orang, termasuk anak-anak, ikut membuat mural di tembok museum itu.
"Jadi, proses dan pamerannya melibatkan komunitas-komunitas sekitar sana karena karya-karya ini yang akan menikmatinya juga warga di sekitar sana. Baiknya, mereka ikut merasakan dan ikut menjaganya," kata Syaiful.
Dalam karya-karyanya, dia menggunakan perpaduan jamur dari Indonesia dan China. Jamur oyster yang banyak tumbuh di Indonesia, misalnya, dipadukan dengan jamur lingzhi dari China.
Kedua jenis jamur ini seiring waktu akan tumbuh dan berkembang dalam ikatan plaster yang berfungsi menjaga kelembapan agar jamur tetap hidup.
Syaiful menambahkan bahwa struktur instalasi yang terbuka dan mengalir mendorong pengunjung melihat dan merenungkan secara dekat, sebuah ajakan yang spesial di ruang perkotaan.