SHARE

Istimewa

CARAPANDANG -  Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) resmi mendeklarasikan Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio diseluruh provinsi Indonesia, setelah ada penemuan satu kasus polio di Aceh yang terjadi pada seorang anak berusia 7 tahun pada awal November di Kabupaten Pidie, provinsi Aceh. Dan baru-baru ini kembali terjadi penambahan 2 kasus di daerah yang sama.

Penemuan kasus ini terjadi seiring dengan menurunnya cakupan imunisasi di provinsi tersebut selama 10 tahun terakhir serta serta imunisasi dasar yang gagal memenuhi target di luar pulau Jawa setelah terhambat dua tahun pandemi.

Indonesia mendapatkan status bebas polio dari WHO pada 2014, namun Pemerintah dan Instansi kesehatan terkait masih terus melakukan pengawasan untuk kasus lumpuh layu (flacid paralysis). Dan dikarenakan ada kasus baru baru-baru ini, maka Pemerintah sepakat untuk melakukan KLB Polio di seluruh Indonesia.

Dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis (29/11) dr. Abi Noya, selaku Medical Content Marketing Senior Manager dari Alodokter, menjelaskan mengenai penyebab anak-anak menderita polio.

Dia mengatakan bahwa polio adalah sebuah penyakit saraf yang dapat menyebabkan kelumpuhan permanen. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus yang sangat menular, tapi bisa dicegah melalui imunisasi polio.

Makanya, kalau anak tidak mendapatkan imunisasi polio, ia akan lebih berisiko terserang polio dan menyebarkannya ke anak yang lain,” tegasnya.

Penyebaran virus polio dapat terjadi melalui kontak langsung dengan tinja penderita polio, atau melalui konsumsi makanan dan minuman yang telah terkontaminasi virus polio. Virus ini juga dapat menyebar melalui percikan air liur ketika penderita batuk atau bersin, meski lebih jarang terjadi. Setelah seseorang terpapar virus polio, maka virus ini kemudian dapat menyebar di dalam tubuh melalui aliran darah.”

Dilansir dari Alodokter, gejala penderita polio biasanya pada awalnya sering tidak disadarikarena hanya menimbulkan sedikit gejala atau bahkan tidak sama sekali. Berdasarkan gejalanya, terdapat dua jenis polioyaitu polio yang tidak menyebabkan kelumpuhan (nonparalisis) dan polio yang menyebabkan kelumpuhan (paralisis). Berikut adalah detail gejala tersebut:

  • Polio Nonparalisis - Jenis polio yang tidak menyebabkan kelumpuhan, dan gejala ini berlangsung selama 1-10 hari dan akan menghilang dengan sendirinya, gejalanya meliputi demam, sakit kepala, radang tenggorokan, muntah, otot terasa lemah, kaku di bagian leher dan punggung, nyeri dan mati rasa di bagian lengan atau tungkai.
  • Polio Paralisis - Jenis polio yang berbahaya karena menyebabkan kelumpuhan saraf tulang belakang dan otak secara permanen. Untuk gejala awal yang terjadi serupa dengan gejala polio nonparalisis, namun setelah 1 minggu, akan ada gejala lain yang mengikuti seperti hilangnya refleks tubuh, ketegangan otot yang terasa nyeri, tungkai atau lengan terasa lemah.
dr. Abi Noya menegaskan bahwa jika sudah terkena polio, maka penanganannya akan sulit sekali dilakukan, terlebih hingga kini belum ditemukan obat yang bisa menyembuhkan polio sepenuhnya. Pengobatan yang ada saat ini umumnya baru mampu untuk meringankan keluhan, memperlambat perjalanan penyakitnya, dan mencegah komplikasi.  

“Oleh karena itu, janganlah kita menyepelekan pepatah yang sudah sering kita dengar, yakni mencegah lebih baik daripada mengobati. Dengan menepati jadwal imunisasi dasar yang sudah dicanangkan oleh pemerintah melalui program-program dari Kementerian Kesehatan RI, kita bisa mencegah bahkan mengakhiri penyebaran polio.”

Berikut ini dua tips mencegah polio dari Alodokter bagi para orang tua di Indonesia.

 1. Berikan Imunisasi Bagi Buah Hati Tercinta

Pencegahan polio dapat dilakukan dengan melakukan imunisasi polio. Vaksin polio mampu memberikan anak kekebalan terhadap penyakit polio, secara aman dan efektif. Tanpa imunisasi polio, anak menjadi rentan terinfeksi polio dan juga berisiko menyebarkannya kepada anak-anak lain di sekitarnya.

Berdasarkan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, vaksin polio oral (OPV) yang diteteskan ke mulut bayi, dapat diberikan segera setelah lahir, kemudian saat usia 2, 3, 4, dan 18 bulan. Untuk memastikan kebutuhan imunisasi anak sesuai usianya, orang tua dapat mengunjungi puskesmas maupun posyandu di sekitar tempat tinggal.

 2. Periksakan Si Kecil ke Dokter Anak Secara Berkala

Memeriksakan Si Kecil ke dokter anak penting untuk membantu orang tua memantau tumbuh kembangnya secara saksama. Hal ini juga bermanfaat untuk mengantisipasi jika terdapat suatu kondisi maupun penyakit, yang tanda atau gejalanya sulit dikenali oleh orang awam, termasuk polio. Jika anak menunjukkan gejala-gejala polio, seperti yang telah disebutkan, ada baiknya untuk segera memeriksakannya ke dokter anak.

“Sebagai langkah awal, orang tua juga bisa memanfaatkan layanan telemedisin untuk berkonsultasi dengan dokter anak, seperti yang ada pada Alodokter. Baik untuk mencari tahu lebih lanjut seputar polio, imunisasi anak, maupun untuk mewaspadai kemungkinan gejala polio pada anak. Akses konsultasi instan ini bisa diakses kapan saja dan di mana saja.” Pungkas, dr. Abi.

 Orang tua pun bisa membuat janji temu dengan dokter anak di rumah sakit terdekat, melalui fitur cari rumah sakit yang ada di Alodokter. 

Tags
SHARE