SHARE

istimewa

Wartawan yang dikenal dekat dengan aparat TNI dan Polri ini mengaku heran, dan menanyakan alasan pelarangan itu.

"Kenapa Bang? Saya kan tidak menulis atau menyangkut-pautkan insiden ini dengan kodim, TNI atau Lapangan Wirabraja, hanya menulis tempat kejadian di lapangan kantin," ujar Wahyu.

Menurut Wahyu, dia dan rekan-rekan media massa umumnya sengaja menulis Lapangan Wirabraja sebagai lapangan kantin, selain karena penyebutan itu lebih dikenal masyarakat juga untuk menjaga hubungan baik dengan mitra kodim jika insiden atau kasus sensitif terjadi di sana.

"Namun, oknum tetap bersikukuh sambil mengatakan 'Jangan diberitakan, ini kami selesaikan, biar kami lapor dulu ke Pasi,' katanya," kata Wahyu menceritakan.

"Silakan Bang, itu bukan urusan saya, karena saya tidak menulis kodim, jadi saya tidak perlu konfirmasi ke Pasi Intel atau Dandim, itu urusan bang, silakan, jangan sedikit-sedikit dilarang," kata Wahyu yang ternyata tidak diterima oleh VJ, sehingga oknum tersebut lepas kontrol.

"Dia memaki saya di depan orang ramai, ia bercarut (memaki paling kasar di Sumatera Barat), ampek lah katanya, itu banyak saksi yang mendengar, ada pihak keamanan rumah sakit juga," kata Wahyu.

Wahyu mencoba mengingatkan mitra di lapangannya itu, tapi kembali tak digubris bahkan bersikap menantang,

"Ya, saya percarutkan kamu, mau apa kamu, kata dia, Okelah kata saya tak mau terpancing," ujarnya pula.

Lalu wartawan ini pun pergi dari RS melanjutkan liputan ke lapangan kantin, hingga bertemu dengan teman lain yang meliput di tempat kejadian.

Mengetahui teman seprofesinya diintimidasi dan dimaki, sejumlah wartawan menanggapi pelecehan profesi ini dengan berkoordinasi.

"Ini sudah kelewatan, selama ini wartawan diam disangka takut, saya setuju kita lanjutkan masalah ini," kata Yursil, wartawan Haluan.

"Mari kita temui Dandim, biar Dandim yang panggil oknum tersebut di hadapan wartawan dan Dandim harus mengambil sikap agar tidak ada lagi personel yang melanggar kebebasan pers, sebagai efek jera, memang harus diberitakan secara jor-joran," kata Akhmad Ikhsan, reporter RRI Bukittinggi menambahkan.

Jurnalis lain menyebut ulah serupa tak hanya kali ini terjadi. Beberapa waktu lalu, oknum yang sama juga mengintimidasi beberapa wartawan yang mengangkat berita tentang dugaan adanya aktivitas judi di pasar malam lapangan kantin.

"Dulu Rudi wartawan Jayantara juga dibentak-bentak, diancam,mereka menganggap kita ini tidak punya harga diri," kata Linda, jurnalis Indonesia Satu.

Ketua PWI Bukittinggi Anasrul telah menghubungi Pasi Intel Kodim 0304/Agam untuk berjanji bertemu dengan Dandim membicarakan terkait ulah oknum prajurit tersebut.

"Kita temui Pasi Intel dulu baru kita ke Dandim, kita lihat hasilnya nanti, intinya yang bersangkutan minta maaf ke wartawan dan pencerahan bagi yang bersangkutan dan prajurit lain agar tidak menghalangi tugas jurnalistik," kata Anasrul.

Halaman :