SHARE

CARAPANDANG -  Keputusan Turki untuk menangguhkan hubungan perdagangan dengan Israel menandai langkah yang menentukan dalam hubungan antara dua negara non-Arab itu di Timur Tengah, mengingat sektor perdagangan sebagian besar masih belum tersentuh meskipun terdapat pasang-surut hubungan bilateral dalam dua dekade terakhir.

Para analis mengatakan, Ankara sadar bahwa memutus hubungan perdagangan dengan Israel akan merugikan ekonomi Turki yang sedang lesu. Tetapi Ankara juga ingin menunjukkan bahwa mendukung perjuangan Palestina melampaui uang yang dihasilkan dari ekspor.

Turki mengumumkan penangguhan semua hubungan perdagangan dengan Israel pekan lalu usai negara tersebut memberlakukan pembatasan ekspor terhadap Israel pada awal April, yang mencakup sejumlah produk mulai dari besi hingga bahan bakar jet.

Batu Coskun, seorang analis politik yang berspesialisasi dalam urusan Turki di Sadeq Institute di Libya, mengatakan kepada Xinhua bahwa Presiden Recep Tayyip Erdogan mengambil pendekatan yang berbeda terhadap hubungan Turki dengan Israel, dan menyatakan bahwa hubungan perdagangan tidak terpengaruh bahkan selama masa ketegangan politik.

Bagi Coskun, posisi Ankara saat ini dalam konflik Gaza adalah mengatasi seluruh aspek hubungannya dengan Israel tanpa memisahkan isu politik dan ekonomi, bahkan jika hal itu berarti Türki juga akan menderita akibat penangguhan hubungan perdagangan.

Menurut Turkish Statistical Institute, Turki melaporkan nilai ekspor ke Israel tercatat di angka 5,4 miliar dolar AS pada 2023 dan nilai impor sebesar 1,6 miliar dolar AS.

Volume perdagangan bilateral sebagian besar menguntungkan Turki dan perusahaan-perusahaannya diperkirakan akan terdampak akibat larangan ekspor, terutama yang mengkhususkan diri pada material konstruksi.

Erdogan menjadi pengkritik yang vokal terhadap operasi militer Israel di Gaza sejak tahun lalu.

Menurut pandangan Coskun, pemimpin Turki itu kemungkinan ingin melanjutkan eskalasi dengan Israel karena dirinya sejalan dengan akar rumput yang konservatif dan religius dari Partai Keadilan dan Pembangunan yang berkuasa.

Erdogan mendapat reaksi keras dari sekutunya di dalam partai tersebut dan pihak oposisi karena tidak memutus semua hubungan perdagangan dengan Israel, sedangkan krisis kemanusiaan semakin parah di wilayah kantong Palestina itu.

Erdogan pada Jumat (3/5) mengatakan bahwa langkah pemerintahnya untuk menghentikan hubungan perdagangan dengan Israel bertujuan untuk mendorong negara tersebut melakukan gencatan senjata di Jalur Gaza.

"Kami telah mengambil beberapa langkah untuk memaksa Israel menyetujui gencatan senjata dan meningkatkan jumlah bantuan kemanusiaan yang masuk" ke Gaza, tutur Erdogan kepada sekelompok pengusaha di Istanbul, pusat ekonomi Turki, mengutip laporan kantor berita Anadolu Agency.

Turki dan Israel memulihkan hubungan diplomatik pada pertengahan 2022 usai hubungan antara kedua negara tegang selama bertahun-tahun. Namun, krisis Gaza menimbulkan ketegangan baru dan aksi saling tuduh.

Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan pekan lalu juga mengumumkan bahwa negaranya akan bergabung dalam tuntutan kasus genosida yang diajukan Afrika Selatan terhadap Israel di Mahkamah Internasional yang bermarkas di Den Haag.

Waktulah yang akan menentukan bagaimana keputusan Ankara akan mempengaruhi ekonomi Israel, dan mencari mitra alternatif di saat krisis bukanlah sesuatu yang baru bagi negara itu, kata Serkan Demirtas, analis dan jurnalis kebijakan luar negeri yang berbasis di Ankara kepada Xinhua.

"Dengan embargo perdagangan, Turki pada dasarnya berupaya menjadi preseden bagi negara-negara lain untuk memaksa Israel melakukan gencatan senjata permanen di Gaza," ujarnya.

"Kita akan melihat sejauh mana dampak embargo Turki terhadap ekonomi Israel dan apakah negara lain akan mengikuti jejaknya," imbuhnya.


Tags
SHARE