Sebagian besar gempa bersifat ringan, meskipun kerusakan yang ditimbulkannya bervariasi menurut lokasi dan kedalaman di bawah permukaan bumi tempat gempa terjadi. Namun, gempa besar sekalipun biasanya hanya menimbulkan sedikit kerusakan berkat teknik konstruksi khusus dan peraturan bangunan yang ketat di negara dengan ekonomi nomor empat dunia tersebut.
Pada 1 Januari 2024, sedikitnya 260 orang tewas setelah gempa bumi dahsyat melanda semenanjung, termasuk 30 kematian yang "berkaitan dengan gempa" serta mereka yang tewas secara langsung dalam bencana tersebut. Gempa bumi itu dan gempa susulannya merobohkan bangunan, menyebabkan kebakaran, dan melumpuhkan infrastruktur pada saat keluarga-keluarga merayakan tahun baru.
Jepang memiliki peraturan konstruksi yang ketat yang dimaksudkan untuk memastikan bangunan dapat menahan gempa bumi yang kuat. Secara rutin mengadakan latihan darurat untuk bersiap menghadapi guncangan besar.
Namun, negara itu dihantui oleh kenangan gempa bawah laut berkekuatan 9,0 skala Richter di lepas pantai timur laut Jepang pada Maret 2011, yang memicu tsunami yang menyebabkan sekitar 18.500 orang tewas atau hilang. Tsunami 2011 juga menyebabkan tiga reaktor di pabrik nuklir Fukushima hancur, yang menyebabkan bencana pascaperang terburuk di Jepang dan kecelakaan nuklir paling serius sejak Chernobyl.