"Total yang kami buat ada 10 busana. Persiapannya telah dimulai sejak Juni 2023. Siswa mendesain baju yang layak jual sesuai pangsa pasar Eropa. Lalu, Juli s.d. Agustus siswa berada di industri untuk mematangkan konsep desain baju sekaligus memproduksi baju," jelas Emil.
Emil juga menyampaikan bahwa kolaborasi ini terbentuk dari Program Upskilling dan Reskilling yang diikuti oleh salah satu guru yaitu Titin Setyorini.
“Setelah mengikuti program tersebut, saya mendapatkan inspirasi untuk memberikan peluang sebesar-besarnya kepada siswa dalam berekspresi mengembangkan minatnya. Praktik baik yang saya terapkan dengan siswi adalah busana Harukareh ini,” ujar Titin.
Sebagai alumni dari Program Upskilling dan Reskilling 2022, Titin mengungkapkan bahwa Harukareh berasal dari bahasa Dayak yang garis besarnya menggambarkan harapan akan masa depan yang cemerlang.
Terdapat dua siswi yang berkontribusi dalam pembuatan 10 busana Harukareh tersebut, yaitu Meidifa Maulidiya dan Nur Fadi siswa kelas XII Jurusan Tata Busana.
“Saya senang mendesain baju dan sangat antusias mengikuti fashion week di Paris. Busana untuk acara ini sesuai dengan konsep Harukareh, saya memadukan warna-warna hutan Kalimantan, seperti coklat dan hijau,” jelas Meidifa yang bercita-cita menjadi fesyen desainer.