“Selain itu, tentunya kebijakan longgar BI dan pemerintah akan meningkatkan likuiditas yang umumnya memang menekan nilai mata uang negara bersangkutan,” kata dia.
Kekhawatiran terhadap defisit anggaran turut memicu tekanan terhadap nilai tukar rupiah.
Defisit Anggaran Pendapatan Negara (APBN) berdasarkan proyeksi yang diperkirakan mencapai 2,78 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).
Sementara itu, defisit APBN tercatat terkini sebesar 2,35 persen Produk Domestik Bruto (PDB), masih di bawah target proyeksi defisit APBN 2025.
“Walau masih di bawah 3 persen, namun ada kekhawatiran akan lebih tinggi dari dan mendekati 3 persen,” ucapnya.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, rupiah diprediksi berkisar Rp16.700-Rp16.800 per dolar AS.