Elzadaswarman juga mengingatkan pentingnya membangun kesadaran kolektif agar Payakumbuh tidak hanya dikenal sebagai kota kuliner dan budaya, tetapi juga kota yang bersih secara moral dan sosial dari narkoba.
“Perang terhadap narkoba adalah perang mempertahankan masa depan. Kami tidak akan kompromi dengan pelaku kejahatan narkotika. Tapi untuk para korban penyalahgunaan, kita sediakan ruang rehabilitasi,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala BNNK Payakumbuh, M. Febrian Jufril, menyampaikan bahwa jaringan narkotika kini sudah menyusup hingga ke lini paling bawah masyarakat, menjadikan warga bukan hanya sebagai pengguna tetapi juga bagian dari peredaran gelap.
“Tingginya permintaan dari masyarakat yang sudah terpapar membuat sindikat narkoba semakin gencar memasukkan barang haram ini. Ini sangat berbahaya,” katanya.
Berdasarkan Survei Indeks Kawasan Rawan Narkoba tahun 2024, Payakumbuh memiliki satu kelurahan masuk kategori bahaya, empat kelurahan waspada, 28 siaga, dan 14 aman. Kelurahan Ibuah disebut sebagai wilayah yang paling rawan.
Menurut Febrian, lemahnya ketahanan keluarga dan faktor sosial ekonomi masih menjadi penyebab utama masyarakat terseret dalam pusaran narkoba.
“Kami mengapresiasi komitmen Pemko Payakumbuh dan seluruh unsur Forkopimda. Dalam upaya P4GN, sinergi semua pihak adalah kunci utama,” ujar Febrian.