Sementara itu dalam paparannya, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Barat (BI Sumbar), Endang Kurnia Saputra menerangkan, pertumbuhan ekonomi Sumbar saat ini tercatat sebesar 4,62 persen dan terhitung masih berada di bawah garis merah. Akan tetapi, angka itu belum dapat mencapai angka normalisasi seperti angka pertumbuhan di masa sebelum pademi Covid-19.
"Banyak faktor yang mempengaruhi, tentu saja. Namun saat ini, daya saing beberapa sektor tampak cukup baik, tapi kinerjanya masih perlu didorong agar lebih meningkat," ucap Endang mengawali paparannya.
Endang Kurnia merincikan, sektor dengan pertumbuhan tercepat di Sumbar saat ini adalah sektor jasa keuangan, akan tetapi sayangnya sektor ini tidak mempekerjakan cukup banyak orang. Di sisi lain, para pekerja justru paling banyak tertumpuk pada sektor dengan potensi tertinggi, tetapi dengan petumbuhan yang relatif pelan, yaitu sektor pertanian, komunikasi, jasa pendidikan, dan perdagangan.
"BI memperkirakan, Sumbar akan bisa mencapai pertumbuhan ekonomi pada kisaran 4,51 hingga 5,31 persen. Namun untuk mewujudkannya, setidaknya ada tiga hal yang dapat direkomendasikan, yaitu meningkatkan keterhubungan dan hilirisasi di sektor pertanian, melakukan akselarasi pada sektor-sektor produktif, serta mempercepat transisi sektor pariwisata menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru," ucap Endang menjelaskan.