Beranda Internasional Para Tahanan Pro-Palestina yang Mogok Makan di Inggris Hadapi Risiko Kematian

Para Tahanan Pro-Palestina yang Mogok Makan di Inggris Hadapi Risiko Kematian

Dalam surat terbuka kepada Menteri Kehakiman David Lammy pada Kamis, para profesional kesehatan itu menulis bahwa tanpa penyelesaian, ada potensi nyata dan semakin besar bahwa warga negara Inggris muda akan meninggal di penjara, tanpa pernah dihukum atas suatu pelanggaran.

0
Para pemogok makan yang terkait dengan Palestine Action Qesser Zuhrah, Amu Gib, Heba Muraisi. Dari kiri bawah: Teuta Hoxha, Kamran Ahmed dan Lewie Chiaramello [Kredit: Prisoners for Palestine/Al Jazeera]

“Sederhananya, para pemogok makan sedang sekarat,” kata James Smith, seorang dokter darurat dan dosen universitas, dalam konferensi pers di London pada Kamis.

 

Teuta Hoxha, yang memasuki hari ke-40 mogok makan, dilaporkan menderita tekanan darah rendah, sakit kepala, sesak dada, dan napas pendek. Adiknya yang berusia 17 tahun, Rahma, mengatakan Teuta merasa “lemah” dan mual, serta mulai mempersiapkan diri untuk meninggal.

 

Sementara itu, Zuhrah (20) mengalami nyeri dada, kelelahan, dan detak jantung konsisten tinggi hingga 100 bpm meski hampir tidak melakukan aktivitas fisik. Pengacaranya menyatakan dia sering collapse di penjara.

 

Para tahanan yang dirawat di rumah sakit juga tidak dapat menghubungi keluarga mereka, berbeda jika masih di penjara. Keluarga melaporkan bahwa beberapa tahanan terpaksa memulangkan diri secara paksa dari rumah sakit hanya untuk memberi kabar tentang kondisi mereka.

 

Dalam suratnya, para profesional kesehatan menekankan bahwa mogok makan berkepanjangan dapat menyebabkan kerusakan otot jantung, gagal ginjal, kelemahan otot pernapasan, dan gagal jantung yang dapat “tiba-tiba menyebabkan kematian”. Mereka menuntut penilaian kesehatan dua kali sehari, tes darah harian, dan pengawasan medis 24 jam.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Berita Terkait
Berita Terkait