Jika ditelaah lebih lanjut,manuskrip ini juga menceritakan tentang refleksi pribadi Tuanku Imam Bonjol tentang pengorbanan dan efek perang yang berkepanjangan selama 34 tahun. Ia mengekspresikan penyesalan yang dalam kepada pengikutnya dimana timbul pertanyaan dalam dirinya, apakah ada banyak aturan di dalam Al-Quran yang telah dilanggar selama perang tersebut.
“Lahir pada tahun 1772 di Sumatera Barat Tuanku Imam Bonjol adalah pemimpin perang Paderi, salah satu perang terlama suku Minangkabau melawan kolonialisme Belanda dari tahun 1803-1837 di Indonesia. Ia ditahan dan diasingkan di beberapa tempat di Indonesia, dan dalam masa pengasingannya,ia masih mengatur pergerakan perlawanan melawan penjajah. Tuanku Imam Bonjol meninggal pada tahun namun cerita kehidupannya tercetak nyata dalam manuskrip tersebut,” tuturnya. dilansir perpusnas.go.id