Di tengah serangan udara yang tak henti-hentinya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang berada di Amerika Serikat untuk berbicara di Sidang Umum PBB, menegaskan bahwa militer Israel akan terus menyerang Hizbullah dengan "kekuatan penuh dan tidak akan berhenti sampai semua tujuan tercapai, terutama mengembalikan warga utara ke rumah mereka dengan aman."
Namun, harapan untuk penyelesaian cepat meredup setelah Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati, yang pemerintahannya termasuk elemen Hizbullah, sempat menyatakan harapan untuk gencatan senjata. Ratusan ribu orang telah meninggalkan rumah mereka akibat pengeboman terberat Israel terhadap Lebanon sejak perang besar pada 2006.
Hizbullah, yang dibentuk oleh Garda Revolusi Iran pada tahun 1982 untuk melawan invasi Israel ke Lebanon, telah berkembang menjadi proxy paling kuat Iran di Timur Tengah. Selama lebih dari setahun terakhir, Hizbullah telah melancarkan serangan lintas batas dalam solidaritas dengan kelompok militan Palestina, Hamas, yang juga didukung oleh Iran, yang berperang melawan Israel di Gaza.
Desakan Washington
Di Washington, pemerintahan Presiden Joe Biden terus mendesak gencatan senjata selama 21 hari di perbatasan Israel-Lebanon. Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, memperingatkan risiko perang habis-habisan di Timur Tengah, tetapi tetap menegaskan bahwa solusi diplomatik masih mungkin dilakukan.