Melansir dari laman resmi Jalur Rempah Kemendikbud, kebiasaan pergi melaut berhari-hari mengitari Laut Sulawesi di utara dan Laut Banda di selatan, membuat nelayan harus pandai menyiasati kebutuhan makan. Diperkirakan pada abad ke-14, nelayan Ternate mulai mengolah hasil tangkapan ikan dengan bumbu dan rempah sederhana. Gohu ikan Ternate dibuat dari ikan segar, itulah sebabnya mengapa orang-orang menyamakannya dengan sashimi Jepang.
Dalam pembuatannya, gohu ikan menggunakan daging ikan segar yang kenyal, biasanya ikan tuna atau cakalang yang dipotong kecil-kecil. Setelah dilumuri garam dan perasan lemon cui (semacam jeruk nipis dengan aroma harum dan bagian dalamnya berwarna kuning jingga), ikan dicampur dengan daun kemangi (balakama) yang sudah dirajang kasar.
Setelah itu, didiamkan selama beberapa menit agar bumbu meresap, lalu tumisan bawang merah dan cabai rawit (rica gufu) akan dituangkan di atas ikan tuna mentah. Kenari atau kacang tanah goreng yang ditumbuk kasar bisa ditaburkan sebagai topping. Gohu ikan yang lezat ini memiliki cita rasa sedikit manis, asam segar, dan gurih. Masyarakat setempat biasa menyebutnya “gohu ikang” dan bukan “gohu ikan.” Untuk penyebutannya sendiri haruslah lengkap, karena bila kita hanya menyebut “gohu,” maka memiliki arti berbeda yaitu rujak segar dan pedas dari Manado.