“Ini adalah hari yang sangat menyedihkan bagi Kuwait. Syekh hanya berbuat baik untuk negara. Warisannya akan dikenang dengan penuh kasih,” Bader al-Saif, seorang profesor sejarah di Universitas Kuwait, mengatakan kepada Al Jazeera.
Dia menambahkan periode pemerintahan Syekh Nawaf sangat penting meskipun ini merupakan era terpendek ketiga sebuah pemerintahan dalam sejarah Kuwait.
Syeikh Nawaf memegang jabatan tinggi selama beberapa dekade sebelum dia mengambil alih kekuasaan.
Diangkat sebagai pewaris tahta pada 2006, ia menjabat sebagai menteri pertahanan ketika pasukan Irak menginvasi negeri kaya minyak tersebut pada tahun 1990.
Ia juga bekerja sebagai menteri dalam negeri ketika menghadapi tantangan dari kelompok bersenjata. Populer di kalangan keluarga penguasa al-Sabah, ia memiliki reputasi sebagai orang yang rendah hati.
“Dia telah memimpin rekonsiliasi terbesar dalam sejarah modern Kuwait dengan serangkaian amnesti, pembebasan tahanan dan kewarganegaraan. Ia juga membuka diri terhadap oposisi dan membuka kembali parlemen terhadap semua suara, dan membuka diri untuk mengambil alih peran pemerintah dalam memilih ketua DPR, yang sangat penting bagi posisi masyarakat dan opini populer,” kata al-Saif.