Berbeda halnya dengan DXY yang justru secara konsisten mengalamikoreksi.
Secara keseluruhan, pergerakan ini mencerminkan hilangnya kepercayaan investor terhadap dolar AS di tengah ketegangan perdagangan, kekhawatiran inflasi, dan kemungkinan resesi, yang mendorong investor untuk beralih ke mata uang dan aset lain yang dianggap lebih stabil.
Menurut Win Thin, kepala strategi pasar global di Brown Brothers Harriman (New York), pelemahan dolar dalam beberapa pekan terakhir tidak lagi hanya disebabkan oleh kekhawatiran akan resesi atau ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Ia mengatakan:
"Ini lebih pada hilangnya kepercayaan dan kredibilitas terhadap dolar, serta terhadap kebijakan ekonomi AS," ujar Win.
Biasanya, dalam situasi risk-off (ketika investor menghindari risiko), dolar AS akan menguat sebagai aset safe haven. Namun, kali ini peran itu justru diambil alih oleh yen Jepang dan franc Swiss, sementara dolar justru terus tertekan. dilansir cnbcindonesia.com