"Perubahan pada otak berlangsung lebih lama dari jangka waktu konsumsi. Secara perilaku, kami melihat bahwa partisipan menunjukkan perubahan dalam perilaku penghargaan: Sensitivitas penghargaan yang berkurang dapat menyebabkan asupan makanan yang lebih banyak," ujar Prof Kullmann.
Penelitian ini mengevaluasi 18 pria muda dan sehat yang menjalani diet tinggi kalori yang kaya akan makanan manis dan berlemak, dan membandingkan perubahan pada otak mereka dengan perubahan pada otak 11 pria yang menjalani diet normal.
Selama lima hari, partisipan yang menjalani diet tinggi kalori mengonsumsi sekitar 1.200 kalori ekstra per hari dibandingkan dengan asupan biasanya.
Setelah menjalani diet tinggi kalori selama lima hari, meskipun tidak ada kenaikan berat badan yang signifikan, para peneliti mencatat perubahan substansial pada otak partisipan sebagaimana terungkap oleh tes yang dilakukan seminggu kemudian.
Otak partisipan memiliki tingkat resistensi insulin yang lebih tinggi dibandingkan dengan partisipan dalam kelompok kontrol.
"Sebagai kesimpulan, kami menunjukkan bahwa makan berlebihan dalam jangka pendek dengan camilan ultra-olahan berkalori tinggi yang umum digunakan dapat memicu penumpukan lemak di hati dan gangguan jangka pendek pada kerja insulin otak yang bertahan lebih lama dari jangka waktu HCD (diet tinggi kalori) pada pria," tulis para peneliti.