Beranda Kolom Ayah dalam Cerita Legenda

Ayah dalam Cerita Legenda

Belasan tahun silam, sekonyong-konyong aku meninggalkan kampung halaman, memutuskan selekas-lekasnya pergi tinggalkan Desa, kawan, cerita naik gunung.

0
Belasan tahun silam, sekonyong-konyong aku meninggalkan kampung halaman, memutuskan selekas-lekasnya pergi tinggalkan Desa, kawan, cerita naik gunung.

Sekilas, langsung berdoa untuk ayah dipanjangkan umurnya. Batiba-tiba hitungan menit kemudian terdengar dering suara handphone (HP). Telpon dari adikku! Kok bisa kebetulan, dan… benar saja ya allah. …Innalillahiwainnailaihirojiun.
 
Selamat jalan ayah (abu tua), tenang kembalilah ke pangkuan sang maha pencipta. Semoga ayah (almarhum) mendapatkan ampunan Allah, amal ibadah mendapatkan balasan surga dan kemuliaan disisi Ilahi Rabbi Izzati.

Sekarang aku baru sadar, tampangku lebih pantas berbaur dengan orang-orang Desa, mencangkul sawah, sesekali menjadi gurunya anak-anak para petani kasar yang luruh perasaannya. Ijinkan aku pulang ayah, menyusun kembali bongkahan-bongkahan yang terlanjur berserakan kemarin. Kembali ke rumah, terlebih keinginan impian aku hampa, tak mendapatkan apa-apa, ambisi membelah jarak dan meringkas usai ayah.

Setelah aku menghadapi pengadilan alam ini, bukan hendak mengundurkan jalannya roda sejarah. Mana mungkin mampu, sejarah (masa lalu) tidak dapat dipanggil kembali buat aku berlaku bijaksana. Semuanya telah berlalu, seperti pahatan di atas batu, tak mungkin tersapu oleh angin topan sekalipun.

  • Tags

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Berita Terkait
Berita Terkait