Afrika Selatan sempat dilarang mengekspor produk ke negara yang kaya minyak itu selama lebih dari dua puluh tahun, pascawabah penyakit mulut dan kuku yang melanda Afrika Selatan, kata Wandile Sihlobo, kepala ekonom di Kamar Dagang Pertanian Afrika Selatan.
“Negara-negara yang telah mendominasi pasar Arab Saudi di antaranya adalah Amerika Serikat dan Amerika Selatan. Kini, Afrika Selatan akan bergabung dengan mereka. Saya kira, mengingat ekspor kami telah berkembang secara progresif seiring waktu, Arab Saudi menawarkan peluang baru (bagi kami) untuk ekspansi,” sebutnya.
Dewald Olivier, CEO perusahaan nirlaba Red Meat Industry Services, mengatakan bahwa perdagangan dagingnya dengan China terhambat isu logistik, sementara pasar Uni Eropa sulit ditembus. Sebagian besar daging sapi Afrika Selatan dijual di pasar domestik, dengan tingkat ekspor hanya sekitar empat persen. Jadi, pelanggan baru seperti Arab Saudi sangatlah penting.
“Jika kita melihat pasar Arab Saudi, mereka mengonsumsi 2,4 juta ton daging merah per tahun, itu adalah perkiraan untuk tahun 2024,” katanya.
Olivier juga menyebut kesepakatan itu telah membuka peluang-peluang lain dalam gugusan BRICS Plus. “Yang bisa diamati sejauh ini adalah, setelah Arab Saudi membuka diri kepada kami, kami langsung berdiskusi dengan Iran.”
Peningkatan ekspor Afrika Selatan diperkirakan akan memberikan dampak positif di tengah perekonomiannya yang terpuruk dan tingkat pengangguran yang tinggi.