Masyarakat juga diminta agar tidak terburu-buru dalam membuang pakaian. Ia menilai akan jauh lebih baik jika barang-barang itu dirawat dengan baik atau diolah menjadi produk yang menarik untuk dipakai kembali, misalnya dijadikan tas ataupun sarung bantal.
Industri fesyen, katanya, saat ini juga tengah berfokus pada keberlanjutan lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari proses pengolahan limbah pakaian yang melalui proses cukup panjang.
Sejauh Mata Memandang telah menjalin kerja sama dengan Ecotouch di Bandung, Jawa Barat, untuk melakukan proses pemotongan kain, pencopotan kancing, ritsleting sampai dengan menjadikan sampah itu sebagai benang yang siap pakai.
"Kita berusaha bagaimana prosesnya panjang, bukan daur ulang, bukan proses yang terbaik, tapi harus dilakukan karena sampah pakaian itu terlalu banyak menumpuk di TPA, TPS, sungai, dan laut," katanya.
Chitra mengingatkan bahwa masalah mikroplastik dapat memengaruhi kehidupan 8 miliar manusia yang hidup di bumi. Dengan demikian, setiap pihak diminta agar tidak abai dan mulai meningkatkan kepedulian pada lingkungan sekitar.
Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Muhammad Reza Cordova sebelumnya menyampaikan bahwa penelitian yang dilakukan sejak 2022 menunjukkan adanya mikroplastik dalam setiap sampel air hujan di Jakarta.