SHARE

Istimewa

CARAPANDANG.COM - Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi,  Prof Nizam mengatakan inovasi dari mahasiswa yang mengikuti program Bangkit dari Google bisa membuat masyarakat lebih maju.

"Saya tidak ragu Indonesia bisa semakin maju dengan adik-adik yang dahsyat ini, yang berpikir untuk kemajuan masyarakat," ujarnya di konferensi pers daring Bangkit 2021, Kamis (15/7).

Prof Nizam pun memberikan pujian untuk tiga proyek dari 15 proyek akhir Bangkit 2021 yang dipresentasikan dalam konferensi pers, yakni aplikasi BACARA (Bantu Bicara) yang menerjemahkan bahasa isyarat Indonesia secara langsung, aplikasi Buangin untuk mengatasi keterlambatan pengambilan sampah di tengah volume sampah rumah tangga yang meningkat saat pandemi, juga aplikasi Kaki Keenam untuk membantu pedagang kaki lima.

Nizam mengatakan, aplikasi penerjemah bahasa isyarat Indonesia yang dipresentasikan siang ini patut dipuji karena ingin memecahkan kendala komunikasi dengan teman mendengar, teman tuli dan teman bisu. "Bagaimana membuat bahasa isyarat lebih mudah dipahami dengan mereka yang tidak paham, begitu pula sebaliknya," kata Nizam.

Sebanyak 466 juta orang di dunia memiliki gangguan pendengaran dan 2,9 juta orang di Indonesia merupakan teman tuli dan bisu. Sebanyak 5.000 bayi terlahir bisu setiap tahunnya di Indonesia.

Sementara itu, Buangin diciptakan atas landasan volume sampah di sektor rumah tangga yang meningkat selama pandemi dan menyebabkan banyak sampah ditinggalkan di jalan. Sekitar 66,8 persen masyarakat masih menangani sampah dengan cara dibakar, hanya 1,2 persen yang peduli terhadap daur ulang sampah.

Aplikasi ini diharapkan bisa membantu mengatasi masalah sampah di kota, terutama di masyarakat urban dari skala terkecil di rumah tangga, serta bisa membantu pemakai memilah sampah organik, anorganik dan beracun.

Aplikasi ini memiliki fitur tempat sampah pintar dengan sensor elektronik yang diletakkan di setiap gang rumah tangga. Tempat sampah pintar ini secara otomatis akan memperbarui status di aplikasi Buangin bila sudah penuh 70 persen, juga menunjukkan arah tempat sampah yang penuh agar bisa segera diangkut.

Nizam mengatakan, selain penjadwalan sampah, nantinya perlu dipikirkan skema lebih besar agar sistem ini bisa membuat kota jadi lebih bersih, sehat dan hijau.

Sementara aplikasi Kaki Keenam merupakan upaya digitalisasi pedagang keliling kaki lima dengan aplikasi Android dan gawai IOT. Kaki Keenam didasari oleh kesadaran bahwa tidak semua pedagang kecil mampu beralih ke metode digital untuk menjangkau orang-orang yang berada di rumah saja. Dengan aplikasi tersebut, masyarakat bisa memanggil pedagang kaki lima ke rumah mereka untuk membawakan makanan yang diinginkan. Dengan membuat gawai IoT, pengembang ingin membantu pedagang yang tidak punya akses internet atau smartphone.

"Lanjutkan terus, jangan berhenti, terus menginspirasi," pesan Nizam.
 

Tags
SHARE