Beranda Feature Ragam Kisah Unik di Balik Riuhnya Tradisi Mudik

Ragam Kisah Unik di Balik Riuhnya Tradisi Mudik

Sejak pagi buta, deru kendaraan roda dua dan empat tak henti-hentinya melintas, menciptakan suasana khas musim mudik.

0
Ilustrasi | Istimewa

Terlepas dari hal tersebut, bisa dibilang bahwa keberadaan para penyapu koin di Jembatan Sewo Indramayu tetap menjadi salah satu tradisi unik yang bisa ditemukan saat arus mudik Lebaran.

Di sisi lain Jalur Pantura, kebijakan penutupan titik putar balik atau u-turn pada akhirnya mendorong warga sekitar untuk membangun jembatan darurat dari bambu dan papan kayu di kolong jembatan.

Jembatan dengan tinggi sekitar 1,5 meter hingga 2 meter ini menjadi akses alternatif bagi pemotor yang enggan memutar sejauh 3 km hingga 5 km.

Yana Suryana, warga setempat, menjelaskan pembangunan jalur ini dilakukan secara swadaya oleh masyarakat. Tidak ada tarif resmi, namun mereka menerima sumbangan seikhlasnya dari para pengguna jalan.

“Kami tidak menetapkan tarif, tetapi menerima sumbangan seikhlasnya. Ada yang memberi Rp1.000, Rp2.000, atau bahkan Rp5.000,” ujarnya.

Dalam sehari, para penjaga ini bisa mengumpulkan sumbangan hingga Rp2 juta.

Rencananya, jalur darurat ini akan beroperasi hingga arus balik selesai dan kepadatan lalu lintas kembali normal.

Sebagian pemudik menilai jalur darurat ini bisa menjadi alternatif untuk memangkas waktu perjalanan, meskipun kondisinya cukup berisiko.

Nelayan pun mudik

Tak hanya di jalur darat, fenomena mudik juga terlihat di Pelabuhan Karangsong, Indramayu, dengan kapal-kapal besar yang kembali dari perairan Papua, Kalimantan, dan Sulawesi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Berita Terkait
Berita Terkait